Rumah adalah sekolah pertama bagi anak-anak. Namun ketika dua tahun anak-anak dipaksa dalam tanda kutip belajar di rumah. Apakah mereka merasa nyaman dengan tempat sekolahnya yang baru. Rumah.Teman anak saya menulis di buku tahunan (karya kelulusan) kamarku kelasku. Mereka kehilangan masa belajar tatap muka. Tidak bertemu teman sekolah. Mendadak bangku sekolah kosong. Riuh ada di layar laptop mereka. Dibalik semua itu banyak orang tetap semangat dengan keadaan ini agar anak-anak tak mengalami learning loss. Ada IndiHome membantu anak-anak belajar jarak jauh. IndiHome menjangkau hampir seluruh Indonesia.
cerita sepupu saya saat Pembelajaran Jarak Jauh. 45 menit dari pusat kota kecamatan membuat tiang internet belum sampai ke tempat sekolah tempat dia mengajar. Ia menggunakan penyedia jasa lokal.
Ia bercerita saat ANBK (Asesmen Nasional Berbasis Komputer) dalam satu sesi ada 15 orang. Rata-rata 1 siswa 1Mbps, karena muridnya sekarang ada 37 orang maka dibagi 3 sesi. Pulangnya sore. Internet yang ia gunakan sekaran hanya 10 Mbps jadi sangat kurang. Untuk menaikkan 20 Mbps harganya 3 kali lipat. Ia berharap PT Telkom Indonesia melalui IndiHome segera mencapai desa tahun ini.
Sementara ia tinggal di Binuang IndiHome sudah ada. Ia merasa sangat terbantu. Pada saat pembelajaran jarak jauh.dari jam 08.00-12.00 Wita, internet stabil dan lancar. Selain saat ia mengikuti Program Pendidikan Profesi Guru (PPG), dengan adanya internet ia dimudahkan menyelesaikan program tersebut. Adapun PPG adalah kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan agar guru menyelesaikan dan menuntaskan sertifikasi guru. Program lainnya adalah Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB).
Anak-anak Ula, sepupu saya sebelum menggunakan IndiHome Mereka menggunakan kartu GSM (Global System for Mobile Communication), bila hujan dan listrik padam sinyalnya hilang. Hal tersebut juga dirasakan anak murid yang tinggal di Padang Sari atau pun Kembang Habang. Walhasil ada waktu belajar yang hilang bagi anak tersebut.
Enambulan kemaren, ada masa PTM (Pembelajaran Tatap Muka), HP anak murid dititipkan pada guru BK. Digunakan saat pulang sekolah untuk menelpon orang tua.
Untuk keperluan referensi di setiap kelas disediakan 2 buah laptop. Muriddi kota maupun di desa setara dalam memperoleh ilmu.
Sementara saudara saya mengajar di SMAN Binuang. Dalam pengalaman menjalan ANBK berjalan lancar. Sekolah sengaja menaikan kecepatan internet agar muridnya yang berjumlah 45 orang dalam melaksanakan ANBK lancar. Saudara saya bercerita guru-guru sangat senang karena Hpnya bisa menggunakan WiFi Sekolah. Tentu mengurangi biaya bagi mereka. Kegiatan membuka e-absen, e-performance, juga e-dialog menjadi mudah dan lancar.
Kreator: Tri Sapta Mw
Kompasiana adalah platform blog, setiap konten menjadi tanggungjawab kreator.
Tulis opini Anda seputar isu terkini di Kompasiana.com